LEBIH 15 TAHUN KENCING MANIS
H.Ir.Zainir Zakaria
Sejak
1 April 1988 penyakit kencing manis(diabetes) yang saya derita semakin
menjadi. Faktor pertama, karena ibu kandung saya, Hj.Rohani Umar(83)
memang pengidap kencing manis. Kedua, sejak saya berdinas di Departemen
Pertanian di Jakarta, frekuensi tugas ke luar kota semakin meningkat.
Makanan cepat saji menjadi konsumsi sehari-hari. Faktor terakhir semakin
memperparah penyakit kencing manis yang saya derita. Dulu, saya tidak
terlalu khawatir dengan akibat diabetes. Saya menganggapnya lumrah saja,
tidak berbahaya seperti penyakit jantung, atau stroke. Namun, pada
tahun 1994, diabetes yang saya derita mulai mengganggu kondisi tubuh.
Badan mulai terasa lemes, lesu, nafsu makan besar, suka haus, sering
buang air kecil diwaktu malam, terakhir sering berganti lensa kacamata,
karena penglihatan saya mulai kabur. Setelah saya periksa, ternyata
kadar gula sudah mencapai 385. Langsung, saya diterapi dengan
mengkonsumsi obat Glibenciamide 1 dosis per hari, diet tidak lebih dari
2100 kalori per hari, dab berolahraga 3 kali seminggu. Namun, terapi di
atas hanya bertahan sampai tahun 2002. Usia saya sudah 57 th, penyakit
diabetes tersebut semakin mengancam. Kadar gula mencapai 345, ditambah
lagi dengan munculnya gejala asam urat dan kolesterol. Diet pun
diturunkan, terakhir diet tidak boleh lebih dari 1700 kalori per hari.
Penyakit baru muncul, maag saya mulai terganggu. Jika saja saya makan
makanan yang mengandung asam cuka seperti pempek, begitu sakitnya,
sehingga hampir membuat saya tidak sadar. Jika terlambat makan, saya
pusing dan membuat hampir tak sadar diri. Kondisi ini membuat saya
tersiksa. Banyak makan gula darah saya naik, kurang makan maag saya
perih. 18 Januari 2003 menjadi awal kehancuran saya. Kadar gula tidak
bisa dikendalikan lagi, penglihatan saya tidak lebih dari dua meter.
Urat sekitar paha dan kemaluan menegang membuat saya mengerang
kesakitan. Buang air sudah tidak teratur, badan semakin lemes. Terakhir
saya tidak bisa lepas dari suntikan Neurobion 5000 sekali tiga hari.
Saya mulai putus asa dengan terapi dari dokter. Lalu, 28 Nopember 2003
saya pulang kampung. Saya mulai mencoba pengobatan tradisional di
Kerinci. Saya diminta minum seduhan daun empedu tanah, tapakdara dan
sebagainya selama satu bulan. Sampai di Jakarta, 16 Januari 2004 saya
diperiksa, ternyata kadar gula darah tetap tinggi, mencapai 315 dan
ginjal mulai terganggu. Lalu, saya kenal produk Tianshi dari sepasang
suami istri, John Achmad Husen dan Isni. Mereka menganjurkan
mengkonsumsi Calcium II khusus diabetes dalam dosis tinggi untuk
menyembuhkan penyakit yang telah puluhan tahun saya derita. Kemudian, dr
Yanti menambahkan agar Calcium II dikonsumsi setengah bungkus sehari
ditambah dengan Chitosan dua kapsul sehari. Setelah sebelas hari saya
mengkonsumsi Calcium II dan Chitosan sesuai anjuran, kadar gula darah
saya saat puasa 113. Seminggu kemudian saya periksa darah lagi, kadar
gula saat puasa 112, dan post prandial 133. Karena penasaran, seminggu
kemudian saya periksa darah sekali lagi, ternyata kadar gula darah saat
puasa hanya109. Hasil yang lain, kolesterol total 163 mg/dl, asam urat 3
mg/dl. Kini, kondisi tubuh saya semakin membaik. Penyakit maag juga
sembuh, sehingga tidak perlu lagi Antacidun. Daya tahan tubuh semakin
meningkat, sehingga tidak pernah lagi mengkonsumsi pharasetamol dan
suntikan Neurobion 5000. Walaupun mata saya belum sepenuhnya pulih,
setidaknya penglihatan tidak lagi bertambah rabun.